Kisah ini kami dapatkan dari salah seorang tim kami di Wadi Qibas Farm yang sangat menyentuh hati dan bisa jadi menjadi teguran buat kita semua. Kisahnya begitu menyentuh hati dan menjadi tamparan keras buat kita yang masih bisa makan daging tiap hari, beli HP harga 2 juta keatas, tapi masih belum bisa melaksanakan ibadah qurban. Baca dengan menghayati isi cerita, hadirkan diri kita dalam cerita tersebut, dan siapkan tisu untuk mengelap air mata. Semoga kisah ini menginspirasi kita semua dan memberikan spirit yang luar biasa agar segera kita melakukan take action untuk memesan hewan qurban, selamat menyimak.
Seorang pedagang hewan qurban berkisnah tentang pengalamannya: Seorang ibu datang memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli. Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya, “Silahkan bu”, lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya,”kalau yg itu brp Pak?”. “Yang itu 700 ribu bu,” jawab saya. “Harga pasnya berapa?”, Tanya kembali si Ibu. “600 deh, harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah. “Tapi, uang saya hanya 500 ribu, boleh pak?”, pintanya. Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dgn harga itu kepada ibu tersebut.
Sayapun mengantar hewan qurban tersebut sampai kerumahnya, begitu tiba dirumahnya, “Astaghfirullah, Allahu Akbar, terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu. Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug berlantai tanah tersebut. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.
Diatas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak, bangun mak, nih lihat saya bawa apa?”, kata ibu itu pada nenek yg sedang rebahan sampai akhirnya terbangun. “Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban, nanti kita antar ke Masjid ya mak”, kata ibu itu dengan penuh kegembiraan. Si nenek sangat terkaget meski nampak bahagia, sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap, “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban”. “Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama ibu saya”, kata ibu itu Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa , “Ya Allah, Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa”.
“Pak, ini ongkos kendaraannya”, panggil ibu itu,”sudah bu, biar ongkos kendaraanya saya yang bayar’, kata saya.
Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.
Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan, kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada kengganan untuk berkurban, padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan.
Berapa banyak diantara kita yang mengemas berbagai macam alasan untuk pembenaran diri agar terkesan tidak mampu untuk berqurban, padahal kita masih bisa membeli HP, membeli baju baru, membeli kebutuhan-kebutuhan yang sebetulnya mengikuti keinginan bukan kebutuhan. Menjadi pertanyaan besar kalau kita bilang tidak mampu untuk berqurban, dimana usaha maksimal kita dalam melaksanakan ibadah yang tentu pahalanya buat bekal kita sendiri. Seolah sudah gugur kewajiban kita ketika merasa tidak mampu, tidak bisa, tidak sanggup, padahal untuk melakukan hal tersebut kita belum berusaha secara maksimal.
Lihatlah ibu yang ada dalam cerita diatas, begitu kuat niatnya untuk berqurban sehingga dia melakukan usaha maksimal dengan menabung atau menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung, padahal tidak seberapa bila dibanding dengan penghasilan kita. Sudah berapa nikmat yang Allah Swt berikan kepada kita semua, dan sudahkah kita tunaikan semua perintahNya? termasuk dalam hal ini adalah perintah untuk berqurban.
Jika ingin menangis,menangislah jangan di tahan luapkan. Tarik nafas dalam-dalam keluarkan pelan-pelan dan atur nafas, sudah lebih baik? Mari kita take action, ambil aksi kalau memang kita tersentuh dan terinspirasi dengan cerita diatas. Segera ambil dompet, cek buku tabungan, dan alokasikan dana untuk berqurban. Kemudian hubungi penyedia hewan qurban dan lakukan pemesanan. Realisasikan niat, laksanakan syariat jangan hanya tepok-tepok jidat.
Untuk pengadaan hewan qurban Wadi Qibas Farm siap bantu, hubungi saja nomor 081514175397/WA : 089653312998, 081398949272, 085715293056 (SMS), Sedangkan jika hewan qurban bapak/ibu diniatkan untuk di alokasikan ke daerah, Wadi Qibas Farm bekerjasama dengan Yayasan Afdolu Amala melalui Ahsanu Amala siap menerima menyebarkan hewan qurban bapak ibu. Untuk tahun ini tebar qurban ahsanu amala adalah kedaerah Kebumen Desa Wonosoro. Monggo dipilih
0 komentar:
Posting Komentar